Kamis, 17 Februari 2011

Sang Pohon Kecil

Semalam, berhubung tong sampahku yang lain telah penuh, dan aku benar-benar tak enak dengan mereka. Jadilah kucari tong sampah baru yang paling mungkin. Tidak, tidak secara terperici kuceritakan padanya. Hanya, ya seperlunya saja. Dan aku merasa kalau aku tak salah memilihnya.

Tentang rasa ini, aku tak begitu mengerti. Aku bukanlah seorang yang pintar akan rasa ini. Karena memang tak ada yang mengajariku sebelumnya. Sebelum kutemukan ia. Lalu aku tiba-tiba saja hatiku berkata jika aku menyukainya. Cintakah ini? Tidak, hatiku tidak mengetahuinya.

Aku menunggunya, memperjuangkannya, mencoba menjangkaunya. Apa daya? Aku tak pernah bisa meraih hatinya. Lalu kegalauan itu datang. Yah, GALAU! Ugh, aku benci kata itu! saat itulah aku butuh tong sampah untuk tempatku mengeluh. Syukur-syukur mereka dapat memberiku sebuah saran yang begitu bermanfaat.

Lalu kutemukan ia, tong sampahku yang baru. Kucurahkan semua kegalauanku padanya. Maaf telah membuatmu bingung dan terganggu tengah malam seperti itu. Ah, tapi kau hebat! Perumpamaanmu membuatku mengerti. Membuatku tahu apa yang harus dan apa yang lebih baik kulakukan. Kansha! :)

"Ada pohon kecil yang tumbuh di samping pohon besar. Sang pohon besar menutupinya dari sinar matahari. Alhasil, sang pohon kecil tak bisa tumbuh dengan baik. Jadi, kita harus menebang pohon besarnya!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar