Senin, 21 Februari 2011

Telah Hilang

Rasa itu...
Ya semua rasa itu
Telah termakan dengan cinta yang lain

Bukan...
Bukan cinta yang kau bayangkan
Hanya cinta yang selalu kau dapatkan

Cinta itu...
Cinta itu bukan dari seseorang yang inginkan kau
Namun cinta dari mereka yang ingin menjagamu

Tawa bahagia...
Lepas tiap kali kubersama mereka
Buatku melupakan semua hal menyesakkan itu

Nanti...
Saat kau temukan rasa seperti itu
Kau akan menghargai semua kebersamaan itu

Mereka...
Mereka tak hanya teman bagiku
Karena kami adalah satu keluarga

Hilang...
Mungkin hilang telah rasaku untukmu
Namun kau tahu aku tak 'kan pernah membencimu

Jumat, 18 Februari 2011

Satu Maaf

Maaf...
Mungkin hanya kata itu yang bisa kuucap
Aku,
Aku tak pernah bermaksud seperti itu

Satu maaf
Tak lebih
Walau mungkin terlalu banyak
Kata maaf yang kulayangkan padamu

Maaf...

Kamis, 17 Februari 2011

Sang Pohon Kecil

Semalam, berhubung tong sampahku yang lain telah penuh, dan aku benar-benar tak enak dengan mereka. Jadilah kucari tong sampah baru yang paling mungkin. Tidak, tidak secara terperici kuceritakan padanya. Hanya, ya seperlunya saja. Dan aku merasa kalau aku tak salah memilihnya.

Tentang rasa ini, aku tak begitu mengerti. Aku bukanlah seorang yang pintar akan rasa ini. Karena memang tak ada yang mengajariku sebelumnya. Sebelum kutemukan ia. Lalu aku tiba-tiba saja hatiku berkata jika aku menyukainya. Cintakah ini? Tidak, hatiku tidak mengetahuinya.

Aku menunggunya, memperjuangkannya, mencoba menjangkaunya. Apa daya? Aku tak pernah bisa meraih hatinya. Lalu kegalauan itu datang. Yah, GALAU! Ugh, aku benci kata itu! saat itulah aku butuh tong sampah untuk tempatku mengeluh. Syukur-syukur mereka dapat memberiku sebuah saran yang begitu bermanfaat.

Lalu kutemukan ia, tong sampahku yang baru. Kucurahkan semua kegalauanku padanya. Maaf telah membuatmu bingung dan terganggu tengah malam seperti itu. Ah, tapi kau hebat! Perumpamaanmu membuatku mengerti. Membuatku tahu apa yang harus dan apa yang lebih baik kulakukan. Kansha! :)

"Ada pohon kecil yang tumbuh di samping pohon besar. Sang pohon besar menutupinya dari sinar matahari. Alhasil, sang pohon kecil tak bisa tumbuh dengan baik. Jadi, kita harus menebang pohon besarnya!"

Berhenti

Kumohon!
Berhentilah buatku berharap
Jika kau tak akan pernah
Memungutku kedalam hatimu

Rabu, 16 Februari 2011

Out

You just too far that I can't reach you... Then tell me...

Tinggal atau Tinggalkan

Tak pernah kutahu pasti rasa ini
Sesaat ku ingin tinggal,
di saat lainnya kuingin meninggalkan

Begitu jugakah dengan dirimu?
Sesaat kau ingin tinggal,
saat lainnya kau ingin meninggalkanku

Tinggallah...
Aku senang kau berada di sisiku
Namun tinggalkanlah...
Jika kau tak senang berada di sisiku

Tinggal dan katakan
Kau juga merasakan rasa yang sama
Tinggalkan dan pergi
Karena kau hanya buatku berharap dalam kesakitan

Tinggal dan katakan padaku
Sekarang!
Lalu...
Tinggalkan dan pergi dariku

Jika itu yang kau inginkan,
Aku akan mencoba tuk tak keberatan

Selasa, 15 Februari 2011

Welcome Change

Perubahan itu selalu terjadi bukan? Ya, selalu mengelilingi kita. Namun, terkadang terlalu susah untuk lari dari semua perubahan itu. Aku pun berharap, jika semua ini tak 'kan pernah berubah. Egois? Memang.

Setiap waktu, aku takut jika ia berubah, jika mereka berubah, jika diriku berubah. Aku takut, tertinggal sendiri di dunia tak berbatas ini. Aku butuh orang-orang tempatku berbagi semua hal yang kumiliki. Bagaimana jika mereka berubah lalu meninggalkanku? Aku tak siap, aku tak akan pernah sanggup.

Mungkin aku tak terlalu pintar bersosialisasi. Ya, setidaknya aku menganggap diriku begitu. Namun, sebagai makhluk sosial jelas aku butuh kawan. Terlalu sakit bagiku untuk menanggung beban berat hati ini sendirian. Bagaimana jika tak ada lagi yang mendengarkanku?

Aku... aku terkadang sangatlah pesimistis dibalik semua ke-optimisanku itu. Aku telah berubah. Ya, berubah. Kuharap aku menjadi lebih baik dari dahulu. Bisakah? Tidak, aku harus bisa! Aku tak peduli mereka meinginkanku menjadi seorang yang lebih baik atau senang dengan keadaanku yang sekarang. Aku harus berubah menjadi lebih baik lagi. Aku tak boleh mundur, aku harus melangkah maju.

"Welcome change... I'm glad to see you! Even if it hurts..."

Senin, 14 Februari 2011

Pidato : Pendidikan Bagi Bangsa

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Yang terhormat bapak dan ibu guru, serta teman-teman yang saya banggakan.

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa di mana atas rahmat serta hidayahnya kita dapat berkumpul pada hari ini. Sebelumnya, saya berterima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Dalam kesempatan kali ini, saya hendak menyampaikan sebuah pidato yang berjudul "Pendidikan Bagi Bangsa".

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Teman-teman sekalian, kita tahu jikalau pemerataan pendidian di Indonesia ini belum merata. Dapat kita lihat banyaknya anak-anak di luar sana yang belum pernah merasakan nikmatnya duduk di bangku sekolah. Padahal, menurut pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Kenyataannya, tak banyak dari bunyi pasal diatas yang terealisasikan. Walaupun pemerintah sendiri telah berusaha untuk meratakan pendidikan di Indonesia, kadang malah rencana tersebut terselewengkan. Contohnya adalah program dana BOS atau Bantuan Operasional Sekolah. Nyatanya, tak jarang beberapa orang negeri ini yang tak peduli akan pentingnya pendidikan bagi bangsa menyelewengkan dana tersebut. Bagaimana akan maju negeri ini jika rakyatnya tak bisa bersekolah dengan layak?

Pendidikan tak semata-mata bagi perorangan saja. Pendidikan juga bagi bangsa dan negara ini. Tanpa generasi yang berpendidikan, tentu negeri ini tak akan mempunyai pilar-pilar yang akan menahannya dari keruntuhan. Namun, jika tak ada kesadaran akan pentingnya pendidikan, bagaimana negeri ini akan bertahan? Kesadaran itu pun bukan hanya bagi mereka yang tak sekolah, atau orang tua mereka yang tak bisa menyekolahkan. Kesadaran tersebut juga bagi para pejabat-pejabat negeri ini, para dewan-dewan perwakilan rakyat, yang harusnya peduli akan kelangsungan bangsa ini. Dengan begitu, sudah pantas jika kita berharap kepada para pejabat tinggi negeri ini untuk turut turun tangan dalam membenahi sistem pendidikan serta pemerataan pendidikan di negeri ini.

Hari ini, kita duduk di bangku sekolah, tentunya merupakan sebuah kenikmatan tersendiri. Mungkin beberapa dari Anda berpikir jika ini semua tidaklah nikmat, melainkan siksaan. Namun, pernahkah Anda berpikir bagaimana jika anak-anak jalanan yang tak pernah bersekolah merasakan duduk di bangku yang sedang Anda duduki ini? Tentu mereka akan merasa nikmat sekali untuk duduk di bangku sekolah dan menerima pengajaran dengan layak. Dengan begitu, sudah sepantasnya kita bersyukur dapat merasakan indahnya bersekolah. Jangan lagi kita mengeluh jika kita harus bersekolah. Karena tak semua anak Indonesia dapat merasakan indahnya bersekolah.

Sebagai seorang yang terpelajar, apa yang akan kita lakukan untuk negeri ini sekarang? Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, orang-orang yang berpendidikan adalah pilar negara. Bukankah sayang jika kita hanya menyia-nyiakan semua pelajaran yang telah kita dapatkan selama ini? Dan tidak melakukan apa-apa bagi kemajuan negara ini? Untuk itu saya ingin mengingatkan, bangunlah cita-cita yang tinggi, kawan! Sebuah cita-cita yang berguna bagi kemajuan negeri dan bangsa kita tercinta ini, Indonesia. Di masa kalian nanti, tugasmulah menjadi pilar-pilar negeri ini, yang membangun kemajuan negeri ini. Di masa kalian nanti, tak ada lagi atasan yang akan kalian harapkan untuk memerintah kalian, karena mungkin, kalianlah yang akan menjadi atasan tersebut! Di masa kalian nanti, tak akan ada presiden yang akan kalian harapkan untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik lagi. Karena mungkin, kalianlah presiden tersebut!

Kesimpulannya, jangan pernah jenuh untuk terus bersekolah! Karena tak semua orang dapat merasakan indahnya bersekolah. Dan jadilah seorang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena kitalah para pilar negeri ini! Kita belajar tak semata-mata menuruti perintah orang tua. Kita belajar untuk dan bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan. Mohon maaf jika ada salah kata yang tak berkenan dalam hati teman-teman sekalian.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Coffee Mocha Choco

Kopi itu pahit, tapi menenangkan
Seperti cinta yang walau menyakitkan
Namun begitu membuatku ketagihan

Mocha itu antara pahit dan manis, menyenangkan
Seperti cinta yang kadang pahit dan kadang manis
Namun begitu membuatku senang

Coklat itu manis, tapi kadang terlalu manis
Seperti cinta yang begitu manis
Namun begitu membuatku menangis

Aku tak pandai soal ini semua
Aku bahkan tak tahu batas antara cinta dan benci
Antara suka dan tidak suka
Antara memuja dan menyayangi
Namun aku tahu, aku menginginkannya!

Harapan di Atas Harap

Kadang tak pernah kuinginkan
Semua rasa itu terulang
Lelah...
Lelah hatiku merasakan semua itu
Namun, bisakah kulari?
Dari semua rasa yang begitu menyekikku

Kadang selalu kuinginkan
Tak pernah lagi merasakan semua itu
Sakit...
Sakitlah yang hanya kudapat
Namun, bisakah kulari?
Dari semua rasa yang begitu menyayatku

Kadang tak pernah kuinginkan
Melihat wajahmu yang hias mimpiku
Tangis...
Tangisku kan selalu menghias malam
Namun, bisakah kulari?
Dari semua rasa yang begitu menyakitiku

Kadang kuberharap
Sebuah harapan di atas harap
Kau...
Kau 'kan membalas semua rasa itu
Namun, akankah kau lari?
Jauhiku, hilang dari jangkauanku