Senin, 06 Juni 2011

Dear Pilot

Aku tak pernah paham akan semua rasa ini.

Tiga tahun telah aku mengharapkannya. Dan wew, ini tahun yang keempat. Kukira, aku bisa berhenti berharap. Nyatanya, semakin aku ingin untuk berhenti, semakin dekat rasanya ia padaku. Seakan aku bisa segera meraihnya. nyatanya, ia terlalu jauh untuk kugapai!

Mungkin dia tidak tahu. Ah, jangan sampai tau kalau bisa.

Belakangan ini, dia tampak begitu baik padaku. Dia buatku melayang! Namun, ujung-ujungnya menjatuhkanku jua, kan? Ah, tolong jangan mempermainkan perasaanku. Meski kau sama sekali tak bermaksud begitu. Kalau kau memang tak akan pernah menyukaiku, lebih baik tak usah kau baik padaku. Itu hanya menyakitiku.

Setiap hari aku berharap ia sekadar menengok blog ini. Hingga ia tau jika yang kumaksud adalah dirinya. Ah, bodohnya aku. Mengharapkan apa yang tak mungkin terjadi. Lihat aku! Aku memang tak ditakdirkan untuk mendapatkan satu hal yang sangat kuinginkan ini.

Kalau pun nantinya ia melihat. Mungkin aku akan senang. Atau sangat menderita 'tuk hadapi kenyataan yang kesekian kalinya tentangnya.

Biarlah.

Hei, pilot! Walau kau tak pernah bercita-cita menjadi seorang pilot (untungnya begitu). Maka, jaangan kau terbangkan aku, lalu jatuhkan ke tanah! Kau tak tahu rasanya menjadi penumpang pesawatmu yang terbang naik-turun. Tak stabil! Lebih baik, turunkan aku dan jangan pernah biarkan aku 'tuk jadi penumpangmu lagi.

Atau... bawa aku terbang ke hatimu. Walau option yang ini sangat-sangat tidak mungkin terjadi!